Jujur aku mengaku
Ku sakit hati padamu
Mengapa kau lukai aku?
Mengapa putuskan diriku?
Untung ada nenekku
Nenek bilang kepadaku
Bahwa, “Bila gugur satu”
“Akan tumbuh sepuluh ribu”
Aku tak menangisimu, hu-hu-hu
Ku masih bisa tertawa, ha-ha-ha
Walau kau telah lukai aku
Nenek bilang, “Kuat-kuat”
′Tuk apa menangisimu? Hu-hu-hu
Lebih baik ku tertawa, ha-ha-ha
Walau kau pergi jauh dariku
Nenek bilang, “Kuat-kuat”
Mau tahu rasanya sakit hati itu apa?
Pernahkah kau disengat lebah?
“Itu lebih pedih”, katanya
Oh, nenekku pahlawanku
Pantang mundur nasehatiku
Bahwa, “Bila gugur satu”
“Akan tumbuh sepuluh ribu”
Aku tak menangisimu, hu-hu-hu
Ku masih bisa tertawa, ha-ha-ha
Walau kau telah lukai aku
Nenek bilang, “Kuat-kuat”
‘Tuk apa menangisimu? Hu-hu-hu
Lebih baik ku tertawa, ha-ha-ha
Walau kau pergi jauh dariku
Nenek bilang, “Kuat-kuat”
(Jangan kau menangisiku, hu-hu-hu)
(Lebih baik kau tertawa, ha-ha-ha)
(Aku tak pergi jauh darimu)
(Nenekku bilang, “Salah paham”)
(′Tuk apa menangisiku, hu-hu-hu?)
(Lebih baik kau tertawa, ha-ha-ha)
(Aku tak pergi jauh darimu)
(Nenekku bilang, “Salah paham”)
Aku, aku, aku tak menangisimu, hu-hu-hu
Ku masih bisa tertawa, ha-ha-ha
Walau kau telah lukai aku
Nenek bilang, “Kuat-kuat”
‘Tuk apa menangisimu? Hu-hu-hu
Lebih baik ku tertawa, ha-ha-ha
Walau kau pergi jauh dariku
Nenek bilang, “Kuat-kuat”